









Pada karya foto terdapat area piknik dengan meja-meja kayu yang teduh di bawah pepohonan memberikan gambaran nyata tentang konsep ruang publik yang mendukung kebersamaan. Suasana yang nyaman ini mendorong interaksi sosial, baik antar anggota keluarga maupun kelompok teman, sehingga menciptakan ruang sosial yang mempererat hubungan manusia di tengah kota metropolitan yang sering kali bersifat individualistis. Ini menggambarkan bagaimana desain ruang fisik dapat memengaruhi dinamika sosial.
Terdapat tempat parkir sepeda sebagai fasilitas yang mendukung keberlanjutan. Keberadaan tempat ini menunjukkan bagaimana taman terbuka aksesibilitasnya untuk semua kalangan, terutama bagi mereka yang menggunakan transportasi ramah lingkungan seperti sepeda. Selain mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor, fasilitas ini juga mencerminkan komitmen terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Hal ini penting dalam konteks sosiologi lingkungan, di mana interaksi antara manusia dan alam menjadi fokus utama.
Terdapat jembatan berwarna-warni dengan desain modern tidak hanya berfungsi sebagai penghubung antar area taman tetapi juga memiliki nilai estetika dan simbolis. Dalam perspektif sosiologi urban, jembatan ini mencerminkan keterhubungan yang melampaui aspek fisik, mengundang semua pengunjung tanpa memandang usia untuk mengeksplorasi taman. Desainnya yang inklusif mempertegas pesan bahwa ruang publik adalah milik semua orang.
Area bermain anak yang terlihat menunjukkan perhatian khusus terhadap perkembangan sosial anak-anak. Elemen permainan modern yang aman dan menarik menciptakan ruang di mana anak-anak dari berbagai latar belakang dapat berinteraksi, belajar berbagi, dan bersosialisasi. Ini adalah refleksi penting dari bagaimana ruang publik dapat mendukung tumbuh kembang anak dalam lingkungan yang sehat dan inklusif.
Teori Ruang Publik oleh Jürgen Habermas. Habermas mendefinisikan ruang publik sebagai arena di mana individu dapat berkumpul untuk berdiskusi tentang isu-isu bersama secara bebas dan rasional, tanpa tekanan dari kekuasaan politik maupun ekonomi. Dalam konteks Taman Eco Park Tebet, teori Habermas terlihat melalui peran taman sebagai ruang yang inklusif dan terbuka bagi semua kalangan masyarakat, tanpa memandang usia, latar belakang sosial, atau status ekonomi. Area piknik, jembatan berwarna-warni, dan tempat bermain anak menjadi wujud nyata dari ruang publik yang dirancang untuk mendorong keterlibatan sosial dan interaksi lintas kelompok. Selain itu, keberadaan tempat parkir sepeda sebagai fasilitas ramah lingkungan mendukung gagasan Habermas bahwa ruang publik juga harus mencerminkan nilai-nilai keberlanjutan, demi memenuhi kebutuhan masyarakat secara kolektif. Dengan menyediakan fasilitas yang mengakomodasi berbagai kebutuhan, Taman Eco Park Tebet memungkinkan masyarakat untuk berinteraksi secara egaliter, memperkuat solidaritas sosial, dan menciptakan harmoni di tengah kota yang kerap diliputi kesibukan dan individualisme. Ruang ini,
sesuai dengan pandangan Habermas, tidak hanya menjadi tempat fisik, tetapi juga menjadi simbol penting bagi partisipasi aktif dan kehidupan sosial yang sehat di masyarakat modern.
Secara keseluruhan, Taman Eco Park Tebet merepresentasikan bagaimana ruang hijau di tengah kota dapat menjadi tempat yang tidak hanya estetis tetapi juga fungsional dalam membangun harmoni sosial. Taman ini mengedepankan nilai-nilai keberagaman, keberlanjutan, dan kenyamanan, menjadi contoh ideal bagaimana ruang publik dapat dirancang untuk mempertemukan berbagai kepentingan sosial dalam satu kesatuan yang harmonis.
Karya:
1. Faza Aulianisa
2. Abdu Nur Cahyo
3. Muhammad Saska Ayra Setiawan
4. Raihan Haikhal Zidane