Stasiun manggarai menjadi saksi bisu, bagaimana seseorang menggantungkan hidupnya di kereta. Jika telat sedikit, harinya akan menjadi berantakan. Semua yang telah diupayakan dan direncanakan dapat hilang begitu saja. Tak ada pilihan lain, selain bergulat dengan keadaaan. Tak mengenal siang dan malam, tak mengenai pria dan wanita, dan tak ada kesempatan untuk mereka yang bergerak lambat di stasiun manggarai. Bak difilm-film dimana lautan zombie berlarian, begitu pula didalam stasiun ini, lautan manusia yang tak terbendung hadir silih berganti didalam stasiun ini. Kejam, memang kenyataan yang sudah menjadi keharusan distasiun ini. Tidak ada konsekuensi, keterlambatan distasiun ini sudah menjadi mimpi buruk bagi semua orang. Banyak harap yang dilontarkan, hanya untuk stasiun manggarai dan segala yang ada didalamnya agar lebih baik lagi kedepannya. Salah satu kemajuan yang memudahkan mobilitas penumpang adalah adanya fasilitas tiket elektronik, yang memungkinkan proses pembelian tiket menjadi lebih cepat dan praktis. Penerapan digitalisasi ini tidak hanya mengurangi antrean panjang, tetapi juga mencerminkan pergeseran sosial menuju pemanfaatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Fasilitas lain yang menunjukkan perhatian terhadap aspek sosial adalah keberadaan toilet difabel, yang dirancang untuk memberikan akses lebih baik bagi penyandang disabilitas. Hal ini menegaskan bahwa sistem transportasi umum semakin mengarah pada inklusivitas bagi seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, gerbong khusus perempuan juga menjadi solusi penting dalam menciptakan perjalanan yang lebih aman dan nyaman bagi perempuan.
Di berbagai sudut Stasiun Manggarai, tersedia fasilitas seperti tempat isi ulang air gratis dan tempat pengisian daya ponsel, yang menjadi bentuk kepedulian terhadap kebutuhan dasar para penumpang. Dalam kondisi lalu lintas penumpang yang padat, keberadaan fasilitas ini memberikan kenyamanan tambahan bagi mereka yang menunggu kedatangan kereta di peron yang luas. Meskipun mengalami modernisasi, berbagai tantangan sosial masih tetap ada, salah satunya adalah kondisi gerbong kereta yang kerap penuh. Hal ini mencerminkan tingginya tingkat kepadatan penduduk serta ketergantungan masyarakat terhadap moda transportasi publik. Pemandangan penumpang yang menunggu dengan sabar, berdesakan saat masuk ke dalam gerbong, hingga berupaya mencari ruang yang lebih nyaman, menjadi gambaran nyata dari dinamika sosial yang terjadi dalam kehidupan komuter di Jakarta. Dengan berbagai fasilitas yang terus ditingkatkan, Stasiun Manggarai bukan hanya berfungsi sebagai pusat transit, tetapi juga sebagai ruang interaksi sosial yang mencerminkan bagaimana masyarakat menyesuaikan diri dengan perkembangan dalam sistem transportasi perkotaan.
Karya
Donny Frediansyah
Yohanes Paulus Dwi Seran
Annisa Dwi Rayani
Salsabila Hawwa Ramadhani